Dunia yang ku rindukan tertinggal perlahan-lahan... dalam-dalam... pekat kaburnya. Saat kaki melangkah jauh ke depan, tidak lagi mengerling ke belakang rela tidak rela...ku tuju jua. Duniaku bukan dunia biasa, yang hanya boleh dirasa oleh pancaindera bernafas dengan nafas biasa, pandangan ku bukan pandangan yang biasa, terjah setiap makna bahasa yang bisa menusuk jiwa nurani hanya pada manusia sederhana. Tiada mengadu domba dunia yang terbina kerana aku yang memilihnya tiada minta kasih hanya bisa menumpang pada yang mengasihi. Hati ini kadangkala lara diusik oleh panaroma yang cuba menggetar jiwa, lalu panah itu menusuk lagi, terasa hingga ke tulang temulang. Aku terpimpin oleh jasa nenek moyang yang biasa mengekalkan kesempurnaan santun dalam peribadi Hati tidak pernah mati? Aku sedar aku tidak sekuat mana, namun kekuatan itu tetap ada, kerna itu aku berdiri atas kaki sendiri, tidak diajar menagih simpat. Dunia aku tertinggal perlahan -lahan.